Penulis novel Tere Liye membuat gaduh meida sosial. Hal itu terkait tulisannya terkait Pahlawan Kemerdekaan yang di-upload di akun fan page miliknya.
"Indonesia itu merdeka, karena jasa-jasa tiada tara para pahlawan--yang sebagian besar diantara mereka adalah ulama-ulama besar, juga tokoh2 agama lain. Orang-orang religius, beragama. Apakah ada orang komunis, pemikir sosialis, aktivis HAM, pendukung liberal, yang pernah bertarung hidup mati melawan serdadu Belanda, Inggris atau Jepang? Silahkan cari. Anak muda, bacalah sejarah bangsa ini dengan baik. Jangan terlalu terpesona dengan paham-paham luar, seolah itu keren sekali; sementara sejarah dan kearifan bangsa sendiri dilupakan."
Sontak tulisan ini mendapat tanggapan beragam dari netizen. Mereka meng-capture status tersebut kemudian jadi viral di media sosial.
Tak sedikit tulisan Tere Liye di fan page dengan jumlah pengikut 1,3 juta itu dianggap mengabaikan jasa pahlawan lainnya dengan latar belakang sosialis komunis.
Bahkan ada yang menulis surat terbuka kepada pengang novel 'Rindu' ini. Oleh karena itu, nama-nama seperti H.OS. Tjokroaminoto, Tan Malaka dan Soekarno disebut netizen tak dianggap Tere sebagai pahlawan.
Karena tulisan ini banyak yang hendak memboikot buku-buku Tere. Tere Liye kemudian menanggapi hal ini dengan tulisan terkait penjelasan dari statusnya itu. Inilah penjelasan Tere soal tulisannya itu:
Akan saya copy paste penjelasan saya ke penerbit dan beberapa pihak. Saya serahkan ke kalian sepenuhnya mau bereaksi seperti apa setelah penjelasan ini:
Pertama-tama, saya minta maaf jika keriuhan media sosial hari ini membuat tidak nyaman semua orang.
Yang kedua, akan saya jelaskan poin dari status yang membuat banyak pihak tidak terima. Statusnya sbb:
"Indonesia itu merdeka, karena jasa-jasa tiada tara para pahlawan--yang sebagian besar diantara mereka adalah ulama-ulama besar, juga tokoh2 agama lain. Orang-orang religius, beragama.
Apakah ada orang komunis, pemikir sosialis, aktivis HAM, pendukung liberal, yang pernah bertarung hidup mati melawan serdadu Belanda, Inggris atau Jepang? Silahkan cari.
Anak muda, bacalah sejarah bangsa ini dengan baik. Jangan terlalu terpesona dengan paham-paham luar, seolah itu keren sekali; sementara sejarah dan kearifan bangsa sendiri dilupakan."
Postingan ini kalau dibaca dengan baik, poin paling pentingnya adalah jangan melupakan peran ulama, tokoh2 agama lain sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan. Redaksionalnya memang jadi seperti menyerang jika dianggap menyerang. Tapi kalau semua orang mau jujur, terutama yang sangat keberatan dengan status ini, bukankah saat mereka membuat tulisan Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dll, di media sosial masing2, mereka juga menafikan peran ulama, tokoh agama lain? Saat mereka membahas paham komunis, paham sosialis, seolah besar sekali dampak pemikiran tokoh2 paham ini dalam membentuk negara, melupakan peran pihak lain. Kemudian mereka tutup diskusi dengan juga menyuruh siapapun membaca buku sejarah jika tidak percaya? Saya simply hanya melakukan pola yang sama.
Saya tidak menulis: tidak ada komunis, dstnya. Yang saya tulis di sana, "silahkan cari", dengan demikian, semoga orang tergerak untuk membaca sejarahnya secara seimbang. Dari ratusan tahun perjuangan kemerdekaan di Indonesia, daftar ulama, tokoh2 agama lain, juga sangat-sangat banyak, dan kita bisa sama-sama melihat posisinya lebih baik. Baru dua hari lalu saya pulang dari tanah kelahiran Tan Malaka, Sutan Sjahrir. Berdiskusi dengan orang2 setempat, mencoba belajar banyak hal. Sy tdk sedang menghilangkan peranan kelompok tertentu, atau sedang antipati, saya hanya berusaha menyeimbangkan pemahaman. Itulah kenapa, status tersebut di tutup dengan: Jangan terlalu terpesona dengan paham-paham luar, seolah itu keren sekali; sementara sejarah dan kearifan bangsa sendiri dilupakan.
Kurang lebih demikian.
Terkait ancaman boikot, tidak mau menjual buku dll, sy mau bilang apa jika ada yang berniat memboikot buku2 Tere Liye. Semoga besok lusa orang2 bisa saling memahami, kita semua bercita2 membuat negeri ini jauh lebih baik.Sumber Berita Asli